Oleh: Yohanes Arcon, CMF*
Sabtu Pekan Biasa XVI
Bacaan Injil: Mat. 13: 24-30
Sahabat Pena Claret yang terkasih.
Kita mengawali permenungan bersama ini dengan sebuah cerita.
Dalam sebuah kelas ada seorang anak yang sangat nakal. Setiap guru yang masuk ke kelas tersebut pasti merasa risih dan tidak nyaman dengan kehadiran anak tersebut. Sebab kehadirannya membuat kelas menjadi kacau dan proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Guru-guru pelajaran pernah mengusulkan kepada kepala sekolah untuk mengeluarkan anak tersebut atau dipindahkan ke tempat lain. Mereka merasa kasihan dengan murid-murid yang lain karena dibuat tidak nyaman oleh anak tersebut. Namun kepala sekolah mencoba untuk memberi pengertian kepada guru-guru tersebut agar mereka tetap bersabar.
Dalam hidup terkadang kita selalu mendahului Tuhan untuk menilai ataupun memberi keputusan terhadap sesama kita. Dalam bacaan Injil hari ini, hamba-hamba tuan ladang meminta kepada tuannya untuk mencabut lalang yang tumbuh di tengah gandum. Tetapi tuan mereka menjawab, “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai (Mat 13:30).” Ini merupakan ungkapan riil situasi batin kita manusia. Ketika kita melihat atau berhadapan dengan sesuatu yang tidak mengenakkan, kita cenderung memberi keputusan untuk menyingkirkan hal tersebut.
Boleh jadi, perumpamaan ini merupakan sebuah cermin agar kita dapat melihat ke dalam diri. Apakah kita seperti hamba-hamba ini yang menganggap dirinya benar sehingga cenderung memisahkan diri dengan orang lain yang menurut pandangan kita dia itu tidak benar? Yesus melalui bacaan Injil hari ini mengundang kita untuk bersabar dan membiarkan Tuhan untuk menyelesaikannya. Kita tidak berhak untuk menyingikirkan orang lain hanya karena menurut pandangan kita tidak benar.
Di dalam dunia ini kebaikan dan kejahatan itu selalu tumbuh bersama. Kerajaan Allah yang hadir dalam orang-orang benar juga hadir di tengah umat yang mengabaikan Allah dan kehendak-Nya. Orang-orang jahat selalu kita temukan dalam kehidupan kita setiap hari. Namun Yesus menghendaki kita untuk tetap melakukan kebaikan. Mengapa tuan ladang tidak memberi izin kepada hambanya untuk mencabut lalang? Semuanya ini karena tuan ladang menghendaki agar hambanya yang hidup jujur dan tulus dihadapannya itu tidak menjadi jahat hanya dengan membasmi orang-orang yang menolak melakukan kehendak Allah. Yesus menginginkan kita untuk hidup dalam damai. Jangan ada kecurigaan, rasa dengki, atau iri hati dalam diri kita.
Pada hari ini, Yesus mengundang bertindak sabar, menunggu pada saatnya. Kita diundang untuk memperkuat iman kita di tengah himpitan kejahatan. Kita tidak diundang untuk membasmi orang-orang jahat. Sebab semuanya itu akan diselesaikan oleh Tuhan sendiri. Biarkanlah Tuhan yang mengadili perbuatan mereka sesuai dengan kehendak-Nya. Kita sebagai orang-orang yang diselamatkan tetap memperjuangkan kebaikan agar kebaikan itu menyala di tengah-tengah kejahatan.
*Penulis adalah Misionaris Claretian, Komunitas Wisma Skloastikat Claretian Yogyakarta.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.