ClaretPath.com – Bertobat Menggembirakan
Injil suci hari ini menarasikan tentang perumpamaan domba yang hilang. Barangkali secara spontan kita bertanya kenapa dombanya hilang? Apakah domba itu bersikap egois dan ingin memisahkan dengan gembala dan kawanannya atau karena terbuai dengan yang dilihat dan dinikmatinya? Atau disebabkan faktor lain? Injil pun menarasikan sang gembala berusaha mencari seekor dombanya yang tersesat dari sembilan puluh sembilan dombanya. Ketika ia menemukannya, Ia sungguh bersukacita dan membagikan sukacitanya dengan orang lain. Domba acap kali dikarakterkan lemah dan selalu membutuhkkan gembalanya. Kita dapat saja termasuk domba yang tersesat itu. Kita berpaling dari Tuhan Sang Gembala. Kita bersikap egois dan terbuai dengan kesenangan dan kenyamanan sendiri. Karakter lemah dan ketergantungan domba pada gembala dikarakter pula pada kita yang tak mampu terpisah dari kuasa Tuhan. Kita senantiasa membutuhkan-Nya. Dia adalah jalan, kebenaran, dan terang (Yoh. 14;6).
Allah bahkan sangat aktif mencari dan menuntun umat-Nya. Meskipun orang berdosa Tuhan tetap menaruh kemurahan, belas kasih, dan bersolidaritas. Yesus pun sangat jelas dalam injil mempraktekkan tindakan belaskasih- Nya, seperti menerima orang berdosa dan makan bersama- sama dengan mereka (Luk. 15:2). Kita pun perlu merespon dan kembali bersekutu dengan-Nya lewat jalan pertobatan.
Di awal injil juga ditampilkan orang- orang Farisi dan ahli- ahli Taurat yang bersungut- sunggut mengamati Yesus sementara makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa. Orang farisi seakan merasa benar dan tidak berdosa. Ketidakrendahatian mengakui dosa inilah yang seringkali membangkitkan kecaman- kecaman dari Yesus terhadap orang- orang Farisi dan ahli- ahli Taurat. Situasi itulah yang mendasarkan Yesus berkata “Akan lebih sukacita dan berarti pertobatan satu orang dari pada orang- orang yang merasa benar dan tidak berdosa.”
Karena itu, kita patut meneladani pertobatan Paulus. Ia bertobat dan berbalik secara total pada jalan Tuhan. Hidup adalah Kristus dan kematian adalah keuntungan baginya (Flp. 1:21). Paulus berani mengatakan, bahwa kebanggaan dan berpegang pada hal- hal lahiriah tidak ada artinya dan justru membuatnya kehilangan Kristus. Pengenalan Kristus lebih utama dari segala sesuatu baginya (Flp. 3:5, 8). Meskipun semula ia adalah penganiaya umat Kristen namun Tuhan tidak menghakimi dan menghitung- hitung masa lalunya. Hal ini menunjukan kemaharahiman Tuhan untuk berbelaskasih kepada orang berdosa dan bertobat. Maka pertanyaannya adalah Apakah kita siap bertobat dan berubah dari kejatuhan, keegoisan, keangkuhan, dan kemalasan kita? Apakah kita bersedia berbelaskasih dan menerima sesama, meski pun dia pernah menyakiti dan bersalah kepada kita?
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.