ClaretPath.com – Berbicara Dengan Hati Meretas Hoaks (Refleksi Kritis atas Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2023)
Komunikasi adalah sarana kehidupan yang amat penting. Tanpa ini kita tidak akan pernah disematkan sebagai animale sociale (makhluk sosial). Identitas ini mengharuskan manusia untuk berinterkasi dengan sesama manusia dan ciptaan. Interaksi tersebut dapat dicapai hanya jika ada komunikasi. Pada dasarnya komunikasi itu bersifat membangun relasi dan kebenaran.
Namun realitas saat ini melucuti esensi komunikasi lewat komunikator yang sebatas mengandalkan retorika belaka, media digital tanpa mengindahkan kebenaran dan hoax. Data Kemenkominfo mencatat jumlah pengguna di Indonesia telah mencapai sekitar 132,7 juta orang dan ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi palsu (Menkominfo, 13/12/2017). Triwulan Pertama 2023, Menkominfo mengidentifikasi 425 Isu Hoaks (Menkominfo, 6/04/2023). Komunikasi semacam ini menjadi branding dan marketing dunia zaman sekarang. Fenomena ini masuk dalam semua lini kehidupan tanpa kecuali. Komunikasi konvensional dan digital telah salah dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi dan kelompok tertentu dengan cara menyebarkan konten-konten negatif yang menimbulkan keresahan dan saling mencurigai di masyarakat.
Tidak sedikit orang menyuarakan esensi komunikasi sejati. Meski demikian, marketing komunikasi post-truth lebih diminati banyak orang. Atas realitas ini, Paus Fransiskus menyerukan komunikasi yang layak dan seharusnya ada dalam diri setiap orang untuk menciptakan kedamaian, menghadirkan kasih dan kebenaran dalam hidup bersama. Baginya, untuk mencapai dan terciptanya komunikasi yang mengutamakan kebenaran perlu dilakukan dengan 3 metode.
Pertama, “datang dan melihat.” Artinya komunikasi tidak sekadar kita bicara, tetapi melalui tahapan-tahapan yang ada. Komunikator yang baik adalah dia yang memiliki keutamaan kesabaran. Datang dan melihat bisa diartikan sebagai space untuk mendalami dan mengupas realitas atau tema yang menjadi obyek dalam komunikasi tersebut. Kedua, “mendengar dengan hati.” Artinya kita mencari sumber-sumber valid, menerima input-input, informasi-informasi sebanyak mungkin, pengetahuan yang terpercaya, benar dan membangun dialog. Ketiga, “berbicara dengan hati.” Setelah mendapat informasi dan pengetahuan yang benar dan tepat sasaran, barulah kita memulai berbicara dengan hati. Ini adalah cara komunikasi yang baik.
Dalam komunikasi ini kita mengutamakan kebenaran dan keramahan kasih. Abraham Kaplan, seorang filsuf Amerika yang dikutip Paus Fransiskus dalam pesannya menegaskan bahwa dialog adalah duolog—sebuah monolog dalam dua suara. Padahal, dalam komunikasi sejati, “sang aku” dan “sang engkau” seharusnya sama-sama “bergerak keluar”, saling menjangkau satu sama lain.
Metode komunikasi pesan Hari Komunikasi Sosial Sedunia tahun 2023 hendak mengkritisi realitas keakuan yang mengabaikan ke-kita-an dalam hidup bersama sebagai makhluk sosial, membungkam pribadi atau kelompok tertentu yang menyatakan dan menyebarkan informasi dengan mengabaikan kebenaran di dalamnya-hoaks, serta mengundang semua orang untuk menempatkan kebenaran-keramahan kasih sebagai awal dan tujuan komunikasi.
Penulis Buku “Dialektika Lepas” dan Mahasiswa Pasca Sarjana Prodi Filsafat Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta