ClaretPath. com – Bapa Kami: Gambaran Persekutuan
- Bacaan I: Yesaya 55:10-11
- Bacaan Injil: Matius 6:7-15
Para sahabat ClaretPath yang terkasih, bacaan pertama hari ini sungguh sangat menarik. Walaupun hanya dua ayat tetapi memiliki makna yang sangat jelas. Pada ayat 10 menceritakan tentang hujan dan salju yang tidak pernah kembali ke tempat semula sesudah ia jatuh ke tanah, tetapi ia mengairi bumi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Ini adalah sebuah perumpamaan untuk menggambarkan apa yang ingin disampaikan pada ayat selanjutnya yaitu Ayat 11. Pada ayat ini secara jelas berbicara maksud perumpamaan tadi yaitu sebuah harapan sekaligus tuntutan dari Allah agar melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya dan berhasil. Salah satu tolok ukur keberhasilan itu bila dikaitkan dengan gambaran dalam ayat sebelumnya adalah jika berguna bagi makhluk lain. Firman yang disampaikan Allah harus menolong ciptaan lain untuk hidup seperti hujan yang membuat subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian, Firman Allah tidak sia-sia.
Lalu dalam bacaan injil kita melihat Yesus mengajarkan kita sebuah doa yang sangat sederhana namun memiliki inti yang sangat mendalam. Tidak heran jika doa ini menjadi contoh setiap doa. Jika dalam bacaan pertama Allah mengundang kita untuk “ada” bagi yang lain, melalui doa ini dalam refleksi saya juga mengajak hal yang sama yaitu supaya tidak egois atau hanya mementingkan diri sendiri.
Dalam doa bapa kami kita diajak untuk bersikap sebagai anak. Namun, anak yang dimaksud bukanlah anak yang hanya menujuk kepada “aku atau kamu”, tetapi “kita”. Artinya bahwa mencakup banyak orang yang memposisikan diri sebagai anak dari Bapa. Ini adalah sebuah gambaran persekutuan kita sebagai anak. Persekutuan ini muncul jika kita sebagai anak peduli bagi yang lain, seperasan atau empati dengan saudara-saudara yang lain. Sehingga permohonan-permohonan yang disampaikan juga sungguh-sungguh hasil dari perasaan yang sama itu.
Para sahabat ClaretPath yang terkasih, mari dalam masa prapaskah ini kita meyatukan hati dan seperasaan dengan saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan kita. Semoga dengan kehadiran kita membuat mereka tidak merasa sendirian dalam hidup.
Misionaris Claretian. Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.