Malam menghadiahkan sekeping sendunya Kala kita menggantung harap di pinggiran waktu, Terbaring bersama mata, Mengapiti raga dalam pandangan berahi Di samping itu: Kita terus beraksara dalam nyanyian Mendendangkan kepenatan yang tidak kita pahami, laknat katamu Kita pun bergantian meramu sunyi, Meski kita terpojok pada erangan kerinduan semu; Serta nyanyian nubari yang melolong serak, tanda kematian Pada wajah malam yang malas itu, kita berbisik tanpa kata, tanpa bahasa, tanpa guratan rupa. Meski kita tetap saja mencecap nafas semesta yang begitu hingar-bingar Dan kita pun sepakat bahwasanya bersama yang mampu menulis sajak itu, Tuhan sekalipun. Sebab hidup hanyalah teka-teki, tak memiliki jawaban Hidup hanyalah kehilangan Hidup hanyalah kematian yang abadi Maka, bergegaslah! Mari terus bertukar sajak kehidupan bersama waktu Menjadikannya bermakna sebelum semuanya pergi menuju kepulangan-Nya.
Misionaris Claretian, Pencinta Sastra
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.