ClaretPath.com – Anak Kecil: Model Kepemimpinan
- Bacaan Pertama: Ayb. 1:6-22
- Bacaan Injil: Luk. 9:46-50
Saudara-saudara sahabat ClaretPath terkasih, penginjil Lukas hari ini mengisahkan kebersamaan Yesus dan murid-murid-Nya yang berunding tentang siapakah yang terbesar (dibaca: pemimpin) di antara para murid. Yesus merasa prihatin atas dialog ini karena para murid mempersoalkan posisi atau kedudukan sebagai pemimpin. Ia mengetahui bahwa inti dari pembicaraan ini akan merujuk pada kemegahan diri sebagai seorang terbesar di antara murid-murid. Tidak disangka, Yesus menunjuk seorang anak kecil sebagai gambaran kerajaan Allah untuk meunjukkan kepada mereka akan pemimpin yang baik. Pertanyaan pun muncul dari tindakan Yesus ini, apa yang mau ditonjolkan dari seorang anak kecil terkait pemimpin? Apakah hal ini adalah tanda dari Yesus untuk menolak usulan para murid agar tidak mempunyai pemimpin di antara murid-murid-Nya? Ataukah ada hal lain yang ingin Yesus sampaikan?
Berbicara tentang kemegahan diri adalah salah satu topik penting dari Yesus. Hal ini disebabkan karena banyak orang menggunakan posisi sebagai pemimpin untuk menunjukan kehebatannya. Alhasil, persoalan “kemegahan diri” dan sosok “pemimpin” adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini menjadi jelas Ketika para murid sendiri yang bersihkeras memperdebatkan hal ini. Oleh karena itu, gambaran atau analogi yang tepat untuk mengatasi persoalan ini adalah menghadirkan (karakter) anak kecil.
Para sahabat ClaretPath yang budiman. Anak kecil cenderung mendengarkan orang lain dan belajar bagaimana berperilaku yang baik. Dalam keluarga, anak kecil selalu belajar dari orangtuanya bagaimana memaknai hidup dalam kebersamaan. Di lain kesempatan, anak kecil juga berusaha untuk mendengarkan orang lain (masyarakat). Intinya, Yesus menginginkan para murid untuk “rendah hati”, siap melayani dan mencoba untuk “mendengarkan”. Bagi saya, tiga kriteria ini sebagai standar untuk menjadi pemimpin yang ideal menurut Yesus Kristus. Standar ini memberikan gambaran bahwa Yesus bukan menolak para murid untuk menjadi pemimpin, melainkan menjalankan tiga hal itu berarti sudah menjadi pemimpin. Oleh karena itu, tiga standar itu sangat relevan dengan situasi di sini dan kini (hic et nunc) dan dibaluti dengan kasih Kristus. Paulus mengatakan, “Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”(Ef. 4:2b)
Hasil dari semuanya ini akan berujung pada pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Jika sesorang belajar dari karakter seorang anak kecil maka semuanya akan menjadi baik. “Hidup kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik”(Rom. 2:7a). Semoga Tuhan memberkati kita semua.