Kamis Pekan I Prapaskah , 10 Maret 2022
Bacaan Pertama: Ester. 4:10a,10c-12,17-19
Bacaan Injil: Matius 7:7-12
Penaclaret.com-Para sahabat Pena Claret yang terkasih, tak terasa waktu terus berjalan. Hari pun ikut berganti hingga menghantarkan kita pada Sang Waktu, yakni Allah untuk berlayar bersama-Nya sekali lagi dalam babak dan samudera kehidupan yang baru ini. Dalam pelayaran hari ini, kita pun diajak untuk menata ulang kehidupan morat-marit kita di hari kemarin agar tertata dan berguna, terlebih dalam masa retret agung kita ini bersama Allah. Masa prapaskah adalah masa yang paling istimewa sebab kita diajak untuk bernostalgia bersama kehidupan kaotis kita di hari kemarin dan berani untuk mengubah haluan menuju Allah melalui jalur pertobatan. Selain itu juga, masa retret agung ini pun menuntun kita untuk merenungkan kisah sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus, Sang Guru. Dan di atas segalanya adalah bahwa, kematian Sang Putera pada palang penghinaan sejatinya juga mengungkapkan kesetiaan kasih Allah pada kita sebagai manusia yang lemah dan rapuh.
Kesetiaan kasih Allah ini juga dilihat sebagai bentuk kepedulian-Nya atas kehidupan kita yang berantakan. Kepedulian sendiri merupakan sikap yang timbul dari kedalaman diri seseorang untuk masuk dan merasakan apa yang dialami sesamanya. Dan persis, hal inilah juga yang ditampilkan oleh penginjil Matius dalam narasi sucinya hari ini. Matius mencoba untuk menampilkan kepedulian Allah yang begitu besar dan setia. Kepedulian Allah ini tampak dalam khotbah Yesus di bukit yang berbunyi, “Mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Mat 7:7). Logia Yesus ini hanya akan mengalami kepenuhan manakala kita sendiri menanamkan sikap peduli terhadap sesama yang ada di sekitar kita.
Sahabat-sahabat Pena Claret yang terkasih, dalam dunia dewasa ini kepedulian kita rupanya tampak luntur saat berhadapan dengan berbagai kesulitan, kekecewaan dan bahkan sakit hati yang terus datang menghampiri. Berhadapan dengan situasi-situasi demikian terkadang kita lebih memilih untuk menghindari kesulitan dan bahkan kepedulian kasih Allah itu sendiri. Sebaliknya, kita malah lebih memupuk rasa yang tidak sabaran dalam menantikan jawaban Tuhan atas keluh-kesah hidup kita. Melihat situasi kita yang demikian, Yesus pun mengajak kita pada hari ini untuk senantiasa tekun datang dan mengetuk pintu hati-Nya. Mengapa? Sebab hati Allah sendiri adalah sumber kepedulian sejati yang senantiasa terbuka bagi siapa saja yang meminta, mencari dan mengetuk.
Meminta, mencari dan mengetuk pintu hati Allah tentu tidak sama seperti yang kita lakukan saat berkunjung ke rumah sahabat atau pun tetangga kita. Seperti datang dengan mengendarai sepeda motor, mencari menggunakan Google maps dan mengetuk pintu menggunakan kepalan tangan. Tapi menggunakan doa. Artinya, doa menjadi password masuk ke dalam hati Allah yang adalah lumbung kepedulian itu sendiri. Akhirnya, hiduplah selalu dalam semangat sinodalitas dalam meminta, mencari, dan mengetuk pintu hati Allah agar kita pun boleh menerima, menemukan dan diperkenankan masuk ke dalam misteri kepedulian kasih Allah itu sendiri. Tuhan memberkati!
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.