Rabu Masa adven II
Hari Raya St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa
Bacaan I : Kej. 3:9-55.20
Bacaan II : Ef. 1:3-6.11-12
Bacaan Injil : Luk. 1:26-38
PenaClaret.com – Hidup ini memang selalu diwarnai dengan kejutan-kejutan, nasehat seorang ayah kepada putranya yang meras kurang percaya pada peristiwa-peristiwa ganjil yang terjadi sepanjang kariernya.
Barangkali si ayah benar. Adam dan Hawa terkejut (dan takut) setelah makan buah terlarang dan mendengar derap langka Allah dalam taman Eden (Bdk. Kej. 3:9). Demikian juga perawan Maria. Dia terkejut ketika mendengar sapaan malaikat Gabriel, “salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau (Luk.1:28).
Blaise Pascal (1623-1662) dalam Le Coeur mengisahkan tentang seorang anak yang terperosok dalam jurang. Orang-orang sekampung berusah keras dengan segala cara untuk menolong anak itu, namun tidak dapat. Akan tetapi, ibu dari anak itu akhirnya berhasil menyelamatkan dan membawa pulang boca malang itu kerumah mereka. Orang-orang di kampung itu terkejut. Dan ketika ditanya oleh orang-orang sekampung tadi, bagaimana hal ini mungkin? Si ibu menjawab, karena akulah ibunya. Pascal ingin menegaskan bahwa kadang hati bekerja dengan cara yang kadang tidak dipahami oleh akal sehat.
Para sahabat Pena Claret yang terkasih. Hari Raya St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa yang kita rayakan pada hari ini merupakan sebuah peristiwa iman yang sulit dipahami secara akal sehat. Bahwa Maria telah dipersiapkan Allah untuk menjadi ibu Tuhan. Ia dikandung tanpa dosa dalam rahim St. Anna, ibunya. Sama seperti Maria kita mungkin bertanya, bagaimana hal itu mungkin? Seorang gadis mengandung tanpa campur tangan laki-laki biologis. Barangkali sama seperti ibu dalam cerita fiktif Pascal, Allah akan menjawab karena Aku Allahmu. Karena kuasa dan cinta-Nya yang tak terperikan kepada ciptaan-Nya yang telah berdosa, Allah melakukan semua hal yang mengejutkan dan tidak dipahami itu.
Tindakan Maria pun demikian. Apabila dipikir-pikir, fiat Maria untuk mengandung dan melahirkan seorang Putra adalah fatal. Mengingat ia belum bersuami. Karena itu, konsekuensinya jelas: aib baginya, ditolak keluarga, dan dirajam oleh masyarakat Yahudi. Tetapi toh, Maria teguh mengatakan, “sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk. 1:38).
Mengapa Maria melakukan itu? Lagi-lagi kata-kata ibu dalam cerita Blaise Pascal menjadi jawaban, karena aku ibumu. Karena kepercayaan akan karya Tuhan dan cinta kepada putra-putrinya, Maria rela mengambil tawaran itu. Meskipun konsekuensinya jelas, sebuah pedang akan menembus jiwanya (Luk. 2:35). Hati Mari bekerja dengan kejutan yang sulit dipahami akal kita.
Selamat merenung dan selamat Hari Raya St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus