ClaretPath.com – Aku Bukan Diriku
Dedaunan menari seirama hempasan angin Tak ada umpat atau marah serta caci Menurut pada takdir di bawah kaki Katanya ia akan terus menari walau patah tulang-tulangnya Bila esok masih bayang-bayang Ia pasrah akan hidup dan segala yang masih kelabu Dewata yang Agung! Adakah jalan penghabisan di ujung sana? Tiadakah akhir dari setiap lelah yang bermula? Jalan ini terlalu panjang untuk kuikuti Dan lorong-lorongnya terlalu sempit untuk aku yang tak sabar Ikut saja alur ciptaan mereka Tanpa tahu akhir dari kisah rumit ini Aku lelah! Aku merindukan diriku Aku merindukan masa kanak-kanak Saat dosa masih jauh dari pikiran Dan takut jatuh masih kusimpan di kuil terbengkalai Saat bintang-bintang masih jadi teman cerita Dan mimpi-mimpi masih terbang tinggi di awan Dan apinya membara di sepanjang jalan Ah, Semua telah jadi cerita usang tak terawat baik Keadaan suka memaksa Pada tutur tentang kebenaran yang mereka sepakati Yang berdiri pada ketinggian miliknya Adakah aku masih diriku? Saat segalanya patuh pada tekad mereka Saat hidupku adalah tontonan yang menghibur Dan aku hanya keindahan di mata rasa puas Bagai jangkrik kecil bersuara kala sepi malam menyapa Musibah, ujian, petaka, menampar wajahku Derita, kecewa, putus asa, mencintai hidupku sangat Kalah bergulat, diledek mimpi yang kuciptakan... Ah sudahlah...! By. Antenia Jelni Waruwu. Siswi XII IPA 2, SMA Negeri 11 Medan
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus